Blog / Wedding Ideas / Mengenal Ragam Tradisi Lamaran Adat di Indonesia

Mengenal Ragam Tradisi Lamaran Adat di Indonesia

Warna:

Bila bicara mengenai banyaknya tradisi lamaran serta pernikahan di Indonesia tentu tidak ada habisnya. Pada zaman yang sudah modern ini, banyak calon mempelai yang memilih untuk melakukan acara lamaran yang simpel, namun tetap menyisipkan berbagai unsur adat asal-usul dari kedua belah pihak. Ingin tahu bagaimana tradisi lamaran menurut adatmu? Simak ulasan kami mengenai berbagai tradisi lamaran adat berikut!

Tambahkan ke Board
mengenal-ragam-tradisi-lamaran-adat-di-indonesia-1

Photography: Alexo Pictures

1. Jawa

Dalam lamaran adat jawa, diadakan terlebih dahulu pertemuan resmi antara kedua pihak orang tua dan perlu dilibatkan kehadiran beberapa saksi. Apabila pihak perempuan sudah setuju dengan lamaran yang diajukan pihak laki-laki, maka hal ini disepakati dengan tanda persetujuan atau paningset. Konsep paningset ini adalah tradisi yang mengikat kedua pihak. Terdapat sanksi apabila salah satu mengingkari kesepakatan. Umumnya, paningset diserahkan oleh pihak calon pengantin laki-laki kepada calon pengantin perempuan paling lambat lima hari sebelum hajat perkawinan diselenggarakan. Namun, acara penyerahan atau srah-srahan paningset sering juga digabungkan dengan upacara midodareni. Terdapat pula tiga jenis paningset, yaitu paningset utama yang terdiri dari cincin polos tanpa mata serta seperangkat perlengkapan sandang wanita, peningset abob-abon yang terdiri dari berbagai makanan yang mempunyai makna tersendiri, dan paningset pengiring yaitu berbagai macam hasil bumi, antara lain beras, umbi-umbian, dan sebagainya.

2. Sunda

Sebelum mengadakan lamaran adat Sunda, pihak laki-laki yang ingin melamar perlu melakukan neundeun omong terlebih dahulu. Prosesnya cukup simpel di mana orang tua atau wali dari kedua belah pihak bertemu dan menentukan tanggal lamaran. Acara lamaran sendiri disebut narosan atau ngalamar. Pihak laki-laki akan membawa beberapa barang seperti makanan, cincin, sirih, dan pakaian perempuan yang tentunya memiliki makna tersendiri. Setiap keluarga kemudian memilih seseorang yang dianggap sudah berpengalaman atau wakil dari kedua keluarga sebagai juru bicara. Detail untuk hari pernikahan yang mendatang juga umumnya didiskusikan pada acara ini.

3. Melayu Riau

Prosesi lamaran dalam adat Melayu Riau diawali dengan proses menjarum-jarum atau disebut dengan 'merisik'. Proses ini dilaksanakan secara diam-diam oleh pihak lelaki kepada kekasih yang dilamar. Wakil yang ditunjuk untuk mencari tahu tentang diri dan keadaan keluarga pihak perempuan ini adalah seorang yang mendapatkan kepercayaan penuh dari pihak orang tua dan keluarga pihak laki-laki. Tahap selanjutnya adalah meminang. Dalam acara meminang ini keluarga pihak laki-laki mengumumkan bahwa mereka akan berkunjung ke rumah pihak perempuan untuk melamar. Pihak keluarga perempuan kemudian mempersiapkan berbagai perangkat adat seperti tepak sirih lengkap dengan isinya. Adapun acara meminang umumnya dipimpin oleh orang yang dituakan. Setelah utusan pihak lelaki datang dari pihak keluarga perempuan dimulailah proses sorong tepak sebagai tanda penerimaan tamu dengan tulus hati. Kemudian, acara lamaran dilanjutkan dengan kata bersambut yang diawali dengan sebuah pantun.

4. Batak

Tahapan lamaran resmi dalam adat Batak disebut marhusip. Pada acara marhusip ini, keluarga besar dari pihak lelaki membawa hantaran berupa pinahan lobu atau daging babi (dapat juga diganti daging sapi). Sedangkan dari pihak mempelai wanita harus mempersiapkan dekke atau ikan mas arsik untuk menandakan siapnya menerima kedatangan keluarga besar calon menantu. Lalu, Kedua keluarga besar duduk berhadapan yang diwakilkan oleh raja parhata dari masing-masing pihak yang saling berbalasan pantun untuk memulai prosesi lamaran. Ketika kedua keluarga besar sudah mencapai kesepakatan, maka barulah sang calon mempelai perempuan keluar untuk menemui lelaki yang melamarnya. Kemudian, calon mempelai lelaki akan diberikan uang ingot-ingot di atas beras sebagai tanda pengingat untuk pesta adat berikutnya.

5. Betawi

Seperti prosesi lamaran pada umumnya, dalam tradisi Betawi pihak keluarga laki-laki akan berkunjung ke kediaman wanita. Hadir pula seorang mak comblang yang bertugas sebagai juru bicara dari pihak keluarga pria. Terdapat juga beberapa seserahan adat Betawi yang wajib dibawa pihak pria, seperti Sirih Lamaran yaitu seperangkat sirih lengkap yang dihias cantik sebagai simbol kehormatan dan penghargaan terhadap pihak keluarga perempuan. Setelah lamaran sudah mencapai kesepahaman dari dua belah pihak, pihak keluarga laki-laki akan kembali datang ke rumah pihak perempuan seminggu kemudian untuk membawa tande putus yang biasanya berupa cincin. Artinya, calon mempelai perempuan sudah terikat dan tidak dapat diganggu gugat pihak lain.

6. Minangkabau

Acara lamaran adat Minangkabau berbeda dengan adat-adat lamaran pada umumnya karena kultur Minang menganut sistem matrilineal, maka prosesi lamaran justru dilakukan oleh pihak keluarga perempuan kepada keluarga pria yang akan dipinang. Disebut maminang, prosesi ini terdapat melibatkan baruka tando di mana kedua pihak saling menukar tanda sebagai simbol ikatan kesepakatan dari pertunangan. Benda yang ditukar berupa benda pusaka, seperti keris atau kain adat yang kaya akan sejarahnya. Dalam tradisi Minangkabau pun terdapat beberapa bawaan wajib, seperti sirih pinang yang melambangkan diterimanya kekurangan-kekurangan dari kedua belah pihak.

7. Bugis

Prosesi lamaran adat bugis disebut sebagai mappettuada. Mappettu mempunyai arti 'memutuskan' dan ada artinya 'perkataan', maka acara mappettuada ini adalah perundingan antara keluarga pihak laki-laki dengan keluarga pihak perempuan. Acara ini dihadiri keluarga pihak lelaki di kediaman calon mempelai perempuan. Dalam prosesi ini, berbagai macam kue tradisional khas Bugis disuguhkan kepada keluarga calon mempelai laki-laki. Pihak laki-laki membawa kelapa yang sedang bertunas sebagai simbol kemakmuran dan doa untuk kedua mempelai agar dapat bermanfaat dari semua sisi kehidupan layaknya pohon kelapa. Setelah selesai memakan kue tradisional serta menerima bawaan, kedua belah pihak keluarga akan mendiskusikan hari pernikahaan, waktu, dan detail lainnya.

8. Bali

Acara lamaran adat Bali cukup sederhana. Tahap pertama adalah memilih tanggal dan hari yang baik menurut kalender Bali. Lamaran, seperti pada umumnya, dilakukan oleh seluruh keluarga pihak lelaki yang mengunjungi rumah calon mempelai perempuan. Namun, karena Bali mempunyai sistem kasta, kadang lamaran seperti ini tidak dapat dilaksanakan. Jika sang calon mempelai perempuan merupakan anggota kasta yang lebih tinggi dari calon mempelai lelaki, wanita tersebut akan 'diculik' ke rumah mempelai laki-laki. Kemudian, seluruh keluarga pihak lelaki baru akan kerumah keluarga pihak wanita untuk mengatakan bahwa anak mereka akan menikah dan meminta restu dari keluarganya. Dalam kedua skenario tersebut, semua pembicaraan, termasuk detail dari pernikahan, harus dilakukan oleh tetua keluarga laki-laki. Tidak terdapat seserahan dalam lamaran adat Bali, namun hanya perlu membawa sesajen yang isinya lebih banyak dari biasanya.

9. Tionghoa

Acara lamaran dalam tradisi Tionghoa di Indonesia disebut sebagai dingjing. Acara dimulai dengan penyambutan kepada keluarga lelaki yang membawakan seserahan. Terdapat enam jenis baki seserahan yang wajib, yaitu kue boy and girl, kue wijen, kue beras, kue bolu, kue pia dan juga permen ting-ting, serta buah jeruk dan apel. Biasanya seserahan ini di dekorasi serba merah mengikuti nuansa pakaian Tionghoa. Jumlah baki maupun isi di dalamnya harus berjumlah genap dan dimulai dari enam karena dua dianggap terlalu sedikit dan empat mempunyai makna negatif dalam Bahasa Mandarin. Setelah pihak lelaki menyampaikan tujuan dan lamarannya diterima, ibu atau wanita yang dituakan memakaikan kalung kepada calon mempelai perempuan sebagai tanda mengikat. Pada akhir acara, sebagian dari seserahan yang diberikan akan dikembalikan kepada keluarga calon mempelai laki-laki sebagai simbol bahwa keluarga calon mempelai perempuan tidak akan menyerahkan anak perempuannya sepenuhnya kepada keluarga calon mempelai laki-laki.

10. Manado

Upacara Maso Minta Suku Minahasa adalah acara lamaran yang paling umum dari Manado. Upacara diawali dengan toki pintu atau mengetuk pintu, di mana kediaman mempelai perempuan harus benar benar sepi, semua jendela serta pintu nya ditutup, serta lampu-lampu dimatikan. Kemudian, utusan pihak pria akan mengetuk pintu kediaman wanita tersebut sebanyak tiga kali, baru pintu rumah boleh dibuka. Selama maso minta pun, sang gadis tidak diperbolehkan keluar menemui calon mempelainya. Laki-laki yang melamar harus meminta untuk bertemu sampai tiga kali, baru calon mempelai perempuan akan menampakkan dirinya. Terdapat juga prosesi tawar-menawar oleh pihak perwakilan perempuan kepada pihak pria perihal benda hantaran serta pepeko'an , yaitu menghitung jumlah hantaran untuk menyesuaikan dengan keinginan keluarga calon perempuan. Isi hantaran yang umumnya dibawa pada prosesi maso minta di antaranya ada kain tenun khas Minahasa atau bentenan, umbi-umbian atau padi-padian, buah-buahan terutama pisang, seperangkat busana dan kosmetik, perhiasan, serta aneka jajanan pasar khas Manado.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang