Pernikahan adalah sebuah momen sakral yang menjadi perwujudan dipersatukannya dua insan dalam ikatan cinta kasih. Seruan janji untuk terus bersama sehidup-semati memiliki makna mendalam yang tidak dapat diterjemahkan oleh kata-kata. Maka dari itu, akan menjadi sebuah perjalanan yang penuh liku namun syahdu bagi pasangan calon pengantin untuk dapat menyusun rencana pernikahan hingga akhirnya menaungi bahtera rumah tangga yang penuh suka.
Liku perjalanan dalam merencanakan hari pernikahan yang telah diimpikan itu dilalui oleh pasangan Lillian dan Chris. Keduanya telah menjalani kisah asmara selama empat tahun, hingga akhirnya memutuskan untuk membawa komitmen ke jenjang yang lebih serius. New York menjadi kota metropolitan megah yang menjadi saksi dimulainya komitmen tersebut saat Chris melamar Lillian.
Memiliki banyak kesamaan dan ketertarikan di antara pasangan berbahagia ini juga mengeratkan hubungan dengan penuh romansa. Usai mengukuhkan tujuan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, Lilian dan Chris sepakat untuk merayakan selebrasi cinta di destinasi pernikahan yang telah didambakan bersama. Bali dipilih karena pesonanya yang begitu menakjubkan serta keindahan lanskap alam yang sesuai dengan kepribadian pasangan calon pengantin ini.
Namun seiring berjalannya proses persiapan, pasangan ini mendapat kabar kurang menyenangkan dari sanak keluarga dan rekan-rekan yang rupanya tidak dapat hadir menjadi saksi ikatan janji suci pernikahan antara Lilian dan Chris. Inflasi ekonomi yang tinggi di Amerika berdampak pada keadaan ekonomi yang tidak menjanjikan. Walaupun sempat kecewa dengan hal tersebut, tak membuat Lillian dan Chris lantas menyerah. Keduanya menghubungi Amora Bali Weddings mengenai kondisi tersebut.
Via online call, Lillian dan Chris berkonsultasi perihal elopement wedding yang menjadi konsep pernikahan keduanya. Elopement wedding memang menjadi suatu hal yang asing, di mana perayaan pernikahan hanya dihadiri oleh sang pasangan mempelai tanpa satupun tamu. Kesan yang privat dan damai menjadi nilai yang ingin ditonjolkan dalam momen sakral tersebut. Keduanya juga menginginkan lokasi pernikahan yang unik, menyatu dengan alam, dan tetap menjaga aspek-aspek sakral dari nilai sebuah pernikahan.
Merujuk kepada keinginan brides dan groom-to-be, Air Terjun Tibumana, Ubud, Bali, dipilih menjadi venue yang sesuai dengan kebutuhan dan konsep perayaan. Pemandangan yang indah dari venue ini memanglah sangat eksklusif dan tidak dapat ditemukan di tempat lain. Namun, menjadi sebuah tantangan sendiri bagi pasangan Lillian dan Chris karena untuk mencapai lokasi tersebut keduanya harus melewati ratusan anak tangga dan dua sungai dengan trek yang licin. Meskipun begitu, Lillian dan Chris tetap menyetujui venue tersebut sebagai saksi perwujudan janji pernikahan di antara keduanya.
Hari yang telah ditunggu-tunggu kemudian tiba. Preparasi dilakukan sebelum mata hari terbit, tepatnya pada pukul 4.30 pagi. Seluruh tim bekerja sama untuk dapat menghadirkan perayaan cinta yang telah diidam-idamkan pasangan Lillian dan Chris. Acara pemberkatan yang privat berjalan dengan khidmat berlatarkan air terjun yang memesona. Kabut yang menyelimuti Ubud juga memberikan kesan natural tersendiri sehingga potret acara tersebut menjadi semakin romantis. Dalam rangka melengkapi perayaan elopement wedding, Lillian dan Chris melanjutkan acara dengan romantic dinner dengan pemandangan Jungle Valley. Sebuah momen berharga yang berjalan dengan begitu banyak rintangan namun worth the experience dengan sejuta kenangan yang tak terlupakan.
