Berbeda dari konsep prewedding yang terinspirasi oleh warna visual dari film-film mancanegara besutan sutradara Wes Anderson, Nadia dan Kevin mengapresiasi budaya lokal Sunda secara megah di pernikahan mereka di tahun lalu. Tidak hanya atribut tradisional lengkap yang dikenakan oleh pasangan pengantin asal Bandung ini, namun juga penampilan tarian tradisional yang mengambil era klasik. Di hari pertama rangkaian acara pernikahan, Tari Ksatria ditampilkan di sela-sela peralihan acara akad nikah dan resepsi keluarga yang bertempat di Bumi Samami, sedangkan di resepsi kedua, giliran Tari Merak. "Keduanya adalah tarian yang sangat klasik," jelas Nadia. "Tari Ksatria dipilih di hari pertama karena nuansanya senada dengan venue kami yang outdoor, sedangkan Tari Merak yang identik dengan atribut emas akan sangat menarik jika ditampilkan di dekorasi gedung pada hari kedua yang juga didominasi oleh warna emas," lanjut pemenang Mojang Pinilih Kota Bandung 2016 ini.
Tidak hanya harmonisasi visual antara dekorasi, busana pengantin, hingga penampilan pendukungnya, konsep keseluruhan yang diusung oleh dua sejoli ini juga sangatlah kreatif dan memukai. Memiliki bisnis keluarga di bidang katering, yaitu Minity Catering, Kevin sudah sangat fasih dengan perencanaan pernikahan. Tidak heran, makanan dan dekorasi menjadi hal yang sangat krusial baginya. Untuk dekorasi, keduanya sama-sama mengimpikan sebuah pelaminan yang istimewa untuk diwujudkan di resepsi yang kedua. Kevin terinspirasi dari arsitektur pendopo Sunda dan ingin menerapkannya secara vernakular di pelaminannya. Ia bahkan mengamati Gedung Sate secara berkala agar dapat mengaplikasikan aksen-aksen arsitektur bangunan tersebut ke dalam desain dekorasinya. Dibantu oleh tim Meriah Decor, terciptalah pelaminan dengan ukuran yang masif, yaitu 13m x 13m, lengkap dengan air mancur di depannya seperti area taman yang identik terdapat pada bangunan pendopo pada umumnya. "Kami ingin memberi kesan agar para tamu merasa diundang masuk ke dalam pendopo rumah kami," ujar sang mempelai pria.
Walaupun berhasil membuat pelaminan yang spektakular, luasan gedung pernikahan Sudirman Grand Ballroom yang besar ternyata tetap menjadi sebuah tantangan tersendiri. Berkolaborasi dengan The Atmadjas, Kevin dan timnya di Minity Catering berangan-angan untuk menampilkan display makanan yang turut mendukung daya tarik dekorasi. Untuk menyeimbangkan kesatuan tiga hall, dua buah ruangan pop-up berwarna hijau dengan dekorasi a la Eropa, lengkap dengan lampu gantung kristal, didirikan. Di dalamnya difungsikan sebagai food stall yang bisa dinikmati para tamu.
Total terdapat 20 food stalls, 10 dessert tables, dan 2 meja prasmanan di hari resepsi yang kedua. Jumlah makanan yang berlimpah ini juga menjadi salah satu alasan dibuatnya dua sesi pernikahan. "Head chef Minity Catering masih ibu saya sendiri. Ayah dan saya adalah supervisornya. Pembagian acara ini harus diaplikasikan karena orang-orang yang mengkoordinasikan katering berada di pelaminan semua," ungkap Kevin mengekspresikan salah satu tantangan yang tak terlupakan dalam mengurus pernikahannya sendiri.
Nampaknya tidak ada satu detail pun yang terlupakan untuk ukuran pernikahan yang komprehensif dan konsep yang megah ini. Kevin tidak hanya ingin para tamu dan keluarga dimanjakan perutnya saja, tapi juga semua pancaindra: musik yang memanjakan telinga dengan volume yang pas, tanaman-tanaman segar yang mengundang untuk disentuh, wangi aromatik dari bunga anggrek dan sedap malam, serta alur layout yang seimbang. Harmonisasi semua detail yang begitu memesona ini berhasil diabadikan oleh tim Owlsome Projects ke dalam sebuah album pernikahan yang tak lekang waktu.
