Blog / Wedding Ideas / 10 Tradisi Pernikahan Umat Buddha

10 Tradisi Pernikahan Umat Buddha

Color:
Add To Board
10-tradisi-pernikahan-umat-buddha-1

Dalam filosofi ajaran Buddha, pernikahan adalah menciptakan hubungan kemitraan yang berlandaskan kebijaksanaan, kasih sayang dan keharmonisan. Tidak seperti tradisi spiritual lainnya, pemeluk Buddha melihat pernikahan adalah urusan sekuler yang artinya adalah pilihan individu dan bukan sakramen. Ini mengapa tradisi pernikahan Buddha adalah perpaduan antara kombinasi tradisional dengan modernitas.

Terutama pada pernikahan Buddha yang ada di Asia, Asia Tenggara dan India. Pemeluk Buddha seringkali menggabungkan elemen modern dengan ritual-ritual tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Misalnya saja, pengantin tetap menyediakan kue pernikahan dan musik populer, lalu wajib dilakukan memberikan persembahan kepada patung Buddha.

Pada tradisi pernikahan Buddha, tetap memasukkan unsur komunal masyarakat setempat. Seperti di Kamboja yang menyematkan gelang tali di pergelangan tangan pengantin. Atau, ritual minum tiga cangkir rice wine pada tradisi pernikahan Buddha di Jepang. Lalu tradisi pernikahan ini ditutup dengan live music. Melihat ragam keunikan ini, Bridestory merangkum keunikan apa saja yang bisa "ditangkap" pada pernikahan tradisi umat Buddha ini.

10 Tradisi Pernikahan Umat Buddha Image 110 Tradisi Pernikahan Umat Buddha Image 2

  1. Pakaian pengantin.
    Kombinasi tradisi dengan modernitas pada pernikahan Buddha akan terlihat jelas pada pilihan pakaian pengantin. Seorang Buddhis Thailand bisa jadi memilih gaun siwalai dengan kain disampirkan ke bahu. Sementara Buddhis Jepang akan memilih motif berbunga atau burung tsuru sebagai outfit baju pernikahan.

    10 Tradisi Pernikahan Umat Buddha Image 3

  2. Dekorasi.
    Sering kali venue pernikahan akan terlihat begitu indah, apalagi dengan simbol buddhisme yang sama-sama "mengisi" dekorasi. Seringkali bagian tengahnya diletakkan patung Buddha emas besar yang juga dikelilingi dupa, lilin, lonceng meditasi. Perayaan di Tibet memasukkan unsur "colorful" melalui bendera doa Pelangi. Pada prinsipnya dari sisi dekorasi pernikahan tradisi Buddhis tetap mengedepankan nuansa perdamaian dan serta penuh harapan.
  3. Koordinator acara.
    Pada pernikahan Buddha, peresmian pernikahan tidak harus mendapatkan pemberkatan dari seorang biksu atau biksuni. Tidak jarang mereka minta seorang teman atau petugas sipil untuk memimpin persidangan. Inilah mengapa keberadaan koordinator acara menjadi sangat krusial dari tradisi pernikahan Buddha.
  4. Mengucap janji.
    Beberapa pasangan Buddha memilih meresmikan pernikahan pada catatan sipil tidak segera dilakukan setelah pernikahan. Bahkan ada juga yang kemudian meminta kalimat pemberkatan dari biksu atau biksuni, baru kemudian kalimat ini dibacakan oleh dirinya sendiri. Janji pernikahan yang ditulis ini seringkali menampilkan kualitas hubungan mereka yang dibangun berdasarkan kesabaran dan kasih sayang.
  5. Meditasi dalam konsep peresmian pernikahan.
    Sepertinya hanya pernikahan Buddhis yang memasukkan meditasi sebagai bagian dari ritual pernikahan. Tujuannya adalah agar pasangan yang hendak menikah dan seluruh orang yang hadir mengawali momen penting ini dengan mindfulness dan cinta kasih.
  6. Memberikan persembahan di altar.
    Pengantin idealnya memberikan penghormatan kepada Buddha melalui persembahan di altar. Adapun kebanyakan pasangan akan menyalakan lilin atau dupa, dan mempersembahkan paket makanan dan bung kepada Sang Buddha.

    10 Tradisi Pernikahan Umat Buddha Image 4
  7. Mendapat berkat dari Biksu atau Biksuni.
    Biksu atau biksuni hadir dalam satu prosesi pernikahan sebenarnya posisinya sebagai tamu khusus. Sebagai bentuk respek, bisa juga kemudian pengantin secara bersama mengunjungi kuil tempat Biksu atau biksuni membina umatnya. Ketika diminta untuk memberikan berkat, maka Biksu atau Biksuni akan berdoa dengan khusyuk dan setelah itu memanjatkan rapalan doa.
  8. Ritual kebersamaan.
    Jika pada pernikahan modern resminya hubungan terjalin disimbolisasi dengan pertukaran cincin. Tapi tidak demikian pada tradisi pernikahan Buddha. Para biksu akan membawakan pasangan ini dengan air suci. Biasanya ditaruh ke dalam kendi yang kemudian airnya akan dituangkan ke dalam mangkuk perak. Tapi simbolisasi ini juga bisa beragam, misalnya saja di Kamboja, umat Buddha mengikatkan tali merah di pergelangan tangan. Sementara biksu Thailand melakukan pemberkatan dengan meletakkan air pada telapak pasangan kedua pengantin.
  9. Perayaan.
    Para tamu undangan akan duduk bersila yang di depannya sudah disajikan makanan berlimpah. Dan memang tidak semua biksu atau biksuni adalah vegetarian, jadi tak salah juga untuk memasukkan menu daging ke dalamnya. Plus biasanya tidak ada kue pernikahan, tapi untuk mengganti sensasi rasa manis alias disediakan beragam makanan manis.
  10. Menari.
    Sama seperti pengantin lainnya, perayaan pernikahan selalu ingin dirayakan dengan penuh kemeriahan. Dan definisi kemeriahan bisa dirasa cukup dengan memberikan kebebasan bagi calon pengantin untuk bernyanyi serta menari.

Vendors you may like

Instagram Bridestory

Follow @thebridestory on Instagram for more wedding inspirations

Visit Now
Visit Now