Sebelum mendirikan Namora Pictures pada tahun 2011, Andry Dilindra telah bekerja sebagai fotografer komersial selama bertahun-tahun. "Saya mengerjakan berbagai iklan untuk perusahaan-perusahaan besar, hingga pada suatu titik, saya merasa jenuh dan ingin mencari tantangan baru," kata Andry. Ia pun melebarkan sayapnya ke dunia fotografi pernikahan, dimulai dengan foto pre-wedding seorang teman. "Tidak lama setelah itu, saya nekat mengikuti sebuah pameran pernikahan meskipun belum memiliki portofolio yang memadai," lanjutnya.
Bersama sang istri, Andry menawarkan layanan fotografi yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. "Selain merupakan co-founder perusahaan kami, ia adalah rekan, asisten, sekaligus pendukung terbesar saya," jelas Andry. Namun, rupanya industri pernikahan memiliki tantangan tersendiri yang sulit dilalui. "Saya telah menjadi fotografer sejak tahun 1999, namun dunia pernikahan ternyata jauh dari bayangan. Butuh banyak kesabaran untuk memperkenalkan brand kami kepada klien dan juga merekrut orang-orang dengan visi yang sejalan, "tambahnya.
Namun, Namora Pictures mampu berkembang pesat terutama berkat kemajuan teknologi. "Di era digital, mudah sekali untuk menunjukkan karya kami. Berkat portal pernikahan, seperti Bridestory, kami dapat bertemu calon klien dari berbagai latar belakang," kata Andry. Pada akhirnya, semua kerja keras tersebut terbayarkan setiap kali Andry dan timnya mengabadikan momen yang akan dikenang seumur hidup. "Suatu hari, kami sedang mengambil foto pernikahan kedua seorang klien. Prosesi 'meminta izin' pada anak dari pernikahan sebelumnya begitu mengharukan, hampir semua tamu pun meneteskan air mata, termasuk saya!" kenangnya.
Jika Anda ingin melihat portofolio mereka yang lengkap, langsung saja kunjungi profil Namora Pictures di Bridestory.
