Sebelum menjadi seorang fotografer, Resza Sebastian menjalani pekerjaan full-time selama tujuh tahun. "Waktu itu, fotografi hanya sebuah hobi akhir pekan bagi saya. Namun, saya kian merasa seperti robot setelah bertahun-tahun bekerja selama sembilan jam setiap harinya," kenang Resza. Pada bulan Desember 2014, ia pun mendirikan Jiwa Photography dengan tujuan menjadi penangkap momen, saksi sejarah bagi para pasangan, serta seorang pendongeng terampil. "Dalam bahasa Sansekerta, jiwa melambangkan keabadian. Kata tersebut mencerminkan harapan bahwa perusahaan saya dapat memberikan kehidupan kepada orang lain," kata Resza.
Bagi Resza, berfokus pada fotografi pernikahan merupakan keputusan yang logis. "Ada saja pasangan yang menikah setiap hari, dan industri pernikahan sendiri berakar pada komunitas yang kuat. Vendor-vendor pernikahan senantiasa saling mendukung untuk menciptakan karya seni yang indah," jelasnya. Jiwa persahabatan tersebut juga dirasakan oleh setiap klien yang telah bekerja dengan Resza. "Saya terus menjaga hubungan dengan semua pasangan yang telah menjadi klien saya. Bahkan, sebagian besar dari mereka telah menjadi teman saya sekarang," katanya.
Sebagai seseorang yang memiliki pendekatan alami akan fotografi, Resza tidak banyak terpengaruh oleh tren pernikahan. "Tren bagaikan roda yang terus berputar. Daripada mengikuti tren dengan seutuhnya, saya lebih suka mempertahankan ciri khas fotografi saya. Mungkin, saya akan menambahkan interpretasi pribadi saya akan tren terbaru untuk menghasilkan foto pernikahan yang tak lekang oleh waktu," katanya.
Terus gulir ke bawah untuk terinspirasi oleh foto-foto pernikahan karya Jiwa Photography.
