Blog / Relationship Tips / Mengenal Konsep Child-Free: Menikah tapi Tidak Ingin Memiliki Anak

Mengenal Konsep Child-Free: Menikah tapi Tidak Ingin Memiliki Anak

Warna:
Tambahkan ke Board
mengenal-konsep-child-free-menikah-tapi-tidak-ingin-memiliki-anak-1

Belakangan topik pembicaraan tentang child free pada pasangan yang baru menikah cukup memancing reaksi, baik yang pro maupun yang kontra. Child-free sendiri adalah pilihan yang diambil oleh pasangan yang menikah tapi tidak ingin memiliki anak. Bagi masyarakat Indonesia yang kental dengan nilai-nilai budaya tradisional serta agama, tentu hal ini menimbulkan reaksi. Karena nilai-nilai ini menegaskan tujuan pernikahan salah satunya adalah untuk berketurunan atau memiliki anak. Maka dapat dibayangkan reaksi yang muncul ketika topik tentang child-free mulai diekspresikan secara lugas.

Child-free atau tidak, harus diputuskan secara sadar dan saling menghargai hak tubuh pasangan.

Menurut Kalis Mardiasih, pilihan untuk child-free atau tidak harus diputuskan secara sadar dengan berlandaskan pada relasi yang setara serta menghargai hak-hak tubuh pasangan. "Kalau sudah diputuskan secara sadar untuk child-free maka tidak ada yang harus dikhawatirkan, karena apapun latar belakang mereka memutuskan itu haruslah dihargai,"ucapnya pada webinar perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia 2021 yang diselenggarakan oleh DKT Indonesia beberapa waktu lalu.

Biasanya, sambung Kalis, yang meributkan pilihan tentang child-free adalah orang-orang yang tidak ada di dalam relasi tersebut. "Yang justru harus dikuatirkan adalah mereka yang memutuskan punya anak tidak tidak dengan sadar mempersiapkan fisik, mental, dan finansial untuk itu." Kalis yang merupakan Aktivis Perempuan dan Pengamat Isu Kesehatan Reproduksi (Kespro) ini kemudian menyebutkan beberapa alasan mengapa ada pasangan yang memilih untuk child-free. Bisa karena ada masalah kesehatan fisik atau masalah kesehatan mental yang kalau dipaksakan punya anak akan berdampak tidak baik terhadap tumbuh kembang anak.

Dan hal lain yang kemudian membuat pilihan tentang child-free direspon dengan begitu massif adalah karena masyarakat kita bertumbuh di tengah budaya yang menabukan pendidikan seks. Inilah yang kemudian membuat orang seringkali kebingungan saat mau membuat keputusan terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Itu mengapa bagi Kalis, setiap pasangan, maupun calon pengantin sudah membicarakan tentang hak-hak tubuh, kontrasepsi dan kesehatan reproduksi jauh sebelum pernikahan dilangsungkan. "Selain pergi nonton bioskop atau makan di cafe sebagai agenda pacaran, perlu juga untuk memasukkan konseling ke bidan sebagai cara untuk mempersiapkan diri ke jenjang pernikahan."

Mengapa harus melakukan ini? Kalis menjawab, agar Anda dan pasangan bisa memahami tentang menstruasi, kehamilan, melahirkan dan pilihan kontrasepsi. "Kalau sudah menikah bukan berarti terlambat, konseling bisa dilakukan di layanan konseling tentang reproduksi dan seksualitas." Keterbukaan pembicaraan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas akan membantu Anda dan pasangan mengukur kesiapan untuk memiliki anak atau child-free.

Mengapa harus membicarakan kontrasepsi sebelum memutuskan menikah?

Satu hal yang lupa dibicarakan orang ketika membicarakan tentang punya anak dan tidak punya anak ketika menikah adalah pilihan kontrasepsi. Padahal keputusan tentang kontrasepsi sangat merefleksikan kesetaraan gender untuk kualitas relasi yang lebih sehat dalam pernikahan. "Akan ada tubuh lain yang hidup bersama dengan kita. Tubuh lain itu tidak hanya akan hidup bersama tapi juga mengintervensi hal yang paling privat dari diri Anda, yaitu tubuh dan kelamin. Karena itu penting untuk membicarakan tubuh, seksualitas dan reproduksi jauh sebelum memutuskan untuk menikah," papar Kalis yang juga aktif membagikan pendapatnya melalui media sosial twitter @mardiasih.

Adapun untuk pembicaraan mengenai kontrasepsi, topik pembicaraan tidak hanya meliputi pilihan kontrasepsi yang tersedia tapi juga termasuk hak-hak tubuh. Bagaimana cara pandang pasangan dalam membicarakan tubuhnya sendiri serta hak tubuh pasangannya. Penting untuk tanya ke calon suami bagaimana dia menjaga kesehatan alat kelaminnya serta siapa yang akan menggunakan kontrasepsi. "Saya dulu mensyaratkan ke suami untuk mau berkontrasepsi atau menerapkan kontrasepsi gantian karena kondisi tubuh manusia sangat fluktuatif."

Kontrasepsi yang cocok untuk pasangan yang memutuskan child-free.

Lantas, kontrasepsi apa yang cocok untuk pasangan yang secara sadar memutuskan untuk child free? Adalah kontrasepsi jangka panjang seperti IUD. "Tapi ingat, pilihan kontrasepsi ini haruslah hasil dari konsultasi dengan dokter. Yang harus berkonsultasi adalah pasangan, artinya melibatkan istri dan suami," jawab Apt. Rony Syamson, S. Farm, Brand Manager Andalan Kontrasepsi.

Untuk kontrasepsi jangka panjang seperti IUD sendiri terdiri dari dua jenis yaitu hormonal dan non hormonal. Pada kontrasepsi IUD hormonal, di dalamnya ada kandungan hormon yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Penggunaan IUD hormonal harus disesuaikan juga dengan riwayat kesehatannya. Dan untuk kontrasepsi IUD non hormonal bisa dipakai siapa saja karena tidak mengandung hormon apapun.

Sedangkan untuk laki-laki, kontrasepsi yang masih tersedia saat ini barulah kondom. Tapi kelebihan kontrasepsi ini bukan hanya bisa mencegah terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma, melainkan juga bisa mencegah terjadinya infeksi menular seksual.

Jadi baik untuk pasangan yang memilih punya anak atau tidak, ambillah keputusan berdasarkan kesadaran bersama. Dan tidak perlu menghakimi pasangan lain yang pilihannya tidak sama dengan Anda. Karena setiap pasangan memiliki dinamika kehidupannya masing-masing. Fokuslah pada membangun hubungan pernikahan yang setara serta saling menghargai hak tubuh pasangan.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang