Blog / Wedding Ideas / Kenali Suntiang, Mahkota Anak Daro dalam Pernikahan Adat Minang

Kenali Suntiang, Mahkota Anak Daro dalam Pernikahan Adat Minang

Warna:
Tambahkan ke Board
kenali-suntiang-mahkota-anak-daro-dalam-pernikahan-adat-minang-1

Photography: Venema Pictures

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara terbesar yang kaya akan budaya dan tradisi. Masing-masing dari kebudayaan yang ada bahkan menyimpan ciri khasnya tersendiri. Hingga kini, sebagian masyarakat yang datang dari suku tertentu bahkan masih berusaha untuk melestarikan budaya yang mengalir di dalam keluarga mereka, yaitu dengan cara menggelar pernikahan berkonsep adat yang sekaligus menjadi momentum sekali dalam seumur hidup ini. Dan, salah satu suku yang berhasil menarik perhatian lewat pakaian adatnya adalah Minangkabau.

Pengantin perempuan berdarah Minang atau Anak Daro wajib mengenakan suntiang sebagai aksesori kepala yang menaungi tubuhnya. Suntiang umumnya memiliki detail yang terbilang rumit dan dilimpahi oleh susunan bunga bermaterial emas atau perak, maka tidak heran bila bobot dari suntiang sendiri bahkan bisa mencapai 3,5 hingga 7 kilogram. Sangat berat untuk bisa dikenakan oleh seorang wanita. Ukuran dari suntiang pun masih terbagi menjadi dua, yaitu suntiang gadang dengan ukuran yang paling besar dan suntiang ketek yang memiliki ukuran terkecil.

Asal-usul Suntiang

Menurut laporan penelitian yang berjudul Upacara Adat Perkawinan di Padang Pariaman tahun 2000, dijelaskan bahwa suntiang adalah bentuk akulturasi budaya Cina dan masyarakat setempat di masa lampau. Bahkan, berkat keindahan bentuk dan warnanya, kini suntiang telah menjadi salah satu budaya yang paling diunggulkan hingga ke seluruh wilayah Minangkabau. Masyarakat asli Minang pun selalu memegang teguh falsafah 'alam takambang jadi guru', artinya seluruh komponen yang tersebar luas di alam bebas memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Itulah mengapa, masyarakat Padang Pariaman kerap menjadikan alam sebagai sumber inspirasi mereka dalam pembuatan suntiang.

Kenali Suntiang, Mahkota Anak Daro dalam Pernikahan Adat Minang Image 1
Akreditasi: DERAI Studio

Makna Suntiang sebagai Simbol Tanggung Jawab Seorang Istri

Suntiang menyimbolkan seorang perempuan yang akan melewati periode peralihan antara gadis lajang menjadi wanita dewasa. Mempelai wanita Minangkabau umumnya harus menggunakan suntiang gadang yang berukuran besar dan jauh lebih berat, sementara suntiang ketek hanya boleh dikenakan oleh pengiring pengantin saja. Berat yang dimiliki oleh suntiang ini merupakan lambang besarnya tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang istri, baik itu dalam hal menjaga keutuhan rumah tangga hingga bagaimana ia memuliakan harkat dan martabat orang-orang di sekitarnya.

Makna lainnya terdapat pada salah satu elemen hiasan suntiang yang bermotif bunga. Suntiang gadang yang didominasi ornamen bunga merupakan refleksi dari seorang perempuan yang diibaratkan sebagai sekuntum bunga yang sedang mekar. Ialah yang nantinya akan senantiasa menyebarkan keindahan di mana pun dia berada. Meski begitu, suntiang yang banyak dikenakan saat ini rupanya telah dimodifikasi ke dalam bentuk aluminium yang sudah disepuh demi kemudahan pemasangan dan kenyamanan sang mempelai wanita. Hal ini dikarenakan suntiang yang terbuat dari logam cenderung jauh lebih berat apabila dikenakan dalam waktu yang lama.

Hiasan Berelemen Flora dan Fauna

Suntiang diketahui merupakan simbol keagungan Anak Daro di wilayah Minangkabau, Kabupaten Padang Pariaman. Mahkota berbentuk setengah lingkaran ini dikenakan oleh seorang gadis yang akan menyambut gerbang kehidupan yang baru melalui serangkaian ritual adat pernikahan. Uniknya, berbagai elemen hiasan yang tersusun di atas kerangka suntiang merupakan representasi dari kekayaan alam yang ada di sekitarnya, mulai dari darat, laut, hingga udara. Ragam hiasan itu kemudian terbagi menjadi dua, yaitu flora dan fauna. Untuk motif tumbuhan adalah visualisasi dari bunga melati, tumbuhan serai, bunga ros, dan cempaka, yang kemudian diterapkan ke dalam lempengan kuningan dan lain-lain. Sementara itu, hiasan jenis binatang meliputi burung merak, kupu-kupu, ikan, dan merpati.

Susunan Suntiang Wajib Berjumlah Ganjil

Penataan kerangka suntiang terdiri dari beberapa lapisan yang disusun secara bertingkat. Jumlah tingkatan suntiang yang paling rendah adalah tujuh tingkat, sedangkan yang paling tinggi bisa menyentuh sebelas tingkat. Seluruh ornamen hiasan ini kemudian akan disematkan bertahap mulai dari bagian yang paling belakang. Pertama, ada sekitar lima lapis bungo sarunai yang merupakan elemen dasar dari pembuatan suntiang. Pada tingkatan kedua, terdapat rangkaian kembang goyang, sepasang burung merak, dan ragam hiasan lainnya. Sementara di lapisan paling atas terdapat mansi-mansi yang diikuti oleh pemasangan kote-kote dan bunga hidup di sisi kiri dan kanan dari wajah mempelai wanita. Setiap hiasan yang ada wajib disusun dalam jumlah ganjil sebagai simbol kebijaksanaan dan kedewasaan seorang wanita.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang