Blog / Wedding Ideas / Kenali Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Palembang

Kenali Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Palembang

Warna:
Tambahkan ke Board
kenali-ritual-dan-prosesi-pernikahan-adat-palembang-1

Photography: Ink Photos

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya dari sabang hingga merauke. Terdapat ribuan suku yang hingga kini masih tersebar di seluruh negeri. Salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia terletak di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu suku Palembang. Sebagian besar masyarakat asli Palembang masih memegang erat tradisi atau adat istiadat yang berlaku, salah satu caranya adalah dengan melestarikan prosesi pernikahan adat Palembang. Selebrasi yang identik dengan tari pagar pengantinnya ini ternyata memiliki banyak sekali ritual yang perlu dilalui oleh pasangan pengantin. Apa sajakah itu? Berikut tahapan prosesi pernikahan adat Palembang yang dilansir dari berbagai sumber.

Prosesi Pernikahan Adat Palembang

Kenali Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Palembang Image 1
Fotografi oleh: TritynCo

  1. Madik
    Madik menjadi tahap pertama dari serangkaian prosesi pernikahan adat Palembang yang dulu kerap dilalui oleh calon pengantin. Istilah madik diartikan sebagai utusan pihak laki-laki yang ditunjuk untuk menyelidiki seorang gadis. Pada ritual ini, keluarga dari calon pengantin pria akan mengutus satu orang perwakilan yang nantinya dapat melakukan pengamatan terhadap sang perempuan beserta keluarga besarnya. Proses observasi madik umumnya dilakukan dalam jarak jauh, bisa dari mulut ke mulut, rumah ke rumah, ataupun melalui kerabat yang bisa dipercaya. Lalu, hasil pengamatan tersebut akan dilaporkan kepada pihak keluarga pria. Apabila sang gadis benar-benar memenuhi kriteria, maka langkah selanjutnya adalah mengunjungi kediaman sang wanita secara langsung agar kedua belah pihak bisa melalui tahap perkenalan. Namun, di zaman sekarang ini, mayoritas masyarakat Palembang umumnya sudah saling mengenal satu sama lain, sehingga tahap madik cenderung banyak dilewati.
  2. Menyenggung
    Setelah tahap madik selesai dilakukan, maka utusan dari pihak mempelai pria akan datang ke kediaman calon mempelai wanita guna menentukan tanggal lamaran secara resmi. Prosesi ini dinamakan sebagai menyenggung yang artinya adalah 'pagar'. Dengan kata lain, calon pengantin wanita sudah tidak diperkenankan lagi untuk didekati oleh laki-laki lain. Ritual menyenggung merupakan bentuk keseriusan dari calon pengantin pria kepada wanita yang akan dinikahi. Sang utusan nantinya akan berbicara secara langsung kepada keluarga calon mempelai wanita mengenai minat untuk meminang. Jika sudah mendapatkan lampu hijau, maka dapat diatur tanggal dan bulan rencana kedatangan pihak keluarga laki-laki dengan maksud untuk melamar.
  3. Meminang atau Melamar
    Inilah saat yang tepat untuk melamar calon pengantin wanita. Setelah tanggal lamaran berhasil diputuskan, maka rombongan keluarga dari calon mempelai pria bersama utusannya kemudian akan datang dengan tujuan untuk melamar sambil membawa hantaran. Utusan yang ditunjuk biasanya juga membawa tenong atau wadah makanan yang terbuat dari bambu dan dibungkus menggunakan kain batik berukir emas. Isi dari tenong dapat berupa aneka bahan makanan pokok, mulai dari gula, mentega, gandum, telur, tepung terigu, dan lain sebagainya yang diserahkan pada pihak keluarga calon pengantin wanita. Proses meminang ini umumnya dilakukan tiga hari pasca menyenggung selesai dilaksanakan. Saat kedua belah pihak keluarga telah duduk berhadapan, pihak keluarga pria akan langsung mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Nah, nantinya keluarga dari calon mempelai wanita dapat mengemukakan sejumlah permintaan yang harus disanggupi oleh calon mempelai pria. Hal ini bisa berupa persyaratan nikah ataupun penentuan mahar. Apabila lamaran tersebut diterima, hantaran berupa kebutuhan pangan, sandang, dan perhiasan pun wajib diberikan kepada calon mempelai wanita.

    Kenali Ritual dan Prosesi Pernikahan Adat Palembang Image 2
    Fotografi oleh: TritynCo
  4. Berasan
    Dalam bahasa Melayu, berasan artinya adalah musyawarah yang dilakukan oleh sekelompok orang. Hal inilah yang diterapkan pada prosesi pernikahan adat Palembang. Berasan menjadi momen pertemuan antara kedua belah pihak keluarga untuk membicarakan bagaimana kelanjutan acara mereka. Dalam tahap ini, terdapat tujuh orang yang akan diutus untuk bersama-sama mendampingi keluarga calon mempelai pria. Merekalah yang nantinya harus membawa tujuh buah tenong sebagai oleh-oleh. Istilah tersebut kerap dinamakan sebagai pinang hanyut. Topik pembicaraan yang diangkat pada tahap berasan meliputi bagaimana kesanggupan pihak keluarga mempelai pria terhadap permintaan dari keluarga mempelai perempuan saat momen lamaran sebelumnya. Apabila memang telah menyanggupi seluruh kesepakatan yang dibuat, maka prosesi ini akan berlanjut pada tahap mutus kato untuk pembicaraan yang lebih serius.
  5. Mutus Kato
    Kata mutus kato atau mutusi rasan berasal dari bahasa Palembang yang berarti berembuk bersama untuk membuat kesepakatan perihal tanggal pernikahan dan tradisi manakah yang akan diambil nantinya. Kali ini, sembilan orang utusan perempuan akan ditunjuk untuk membawa tenong yang juga berjumlah sembilan buah. Isi dari tenong bisa berupa emping, gula pasir, pisang, tepung terigu, dan buah-buahan. Mutus kato akan menjadi tahap akhir dari tradisi sebelum akhirnya kedua calon pengantin melangsungkan pernikahan. Tradisi ini dianggap sebagai ritual terpenting karena di sinilah segala permasalahan yang dirasa belum terlalu jelas akan diutarakan dan diselesaikan secara bersama-sama. Beberapa hal yang umumnya perlu dibahas, meliputi mas kawin, bantuan biaya pernikahan, tanggal penetapan pernikahan, hingga tata cara adat yang diangkat pada saat hari H.
  6. Akad Nikah
    Dalam upacara akad nikah Palembang, calon mempelai wanita tidak diperkenankan untuk duduk berdampingan dengan calon suaminya, karena dianggap belum memiliki ikatan yang sah secara agama. Ia baru diperbolehkan untuk keluar dari kamarnya dan menemui sang suami setelah prosesi ijab kabul selesai dilaksanakan. Berbeda dari suku lainnya, prosesi akad nikah Palembang umumnya dilangsungkan di kediaman sang mempelai laki-laki. Sementara untuk waktu pelaksanaannya, masyarakat Palembang akan memilih minggu pagi sekitar pukul 8 atau kamis malam setelah shalat maghrib.
  7. Munggah
    Munggah menjadi acara puncak dari serangkaian prosesi pernikahan adat Palembang. Sebutan munggah berasal dari bahasa Palembang yang artinya 'naik'. Pasangan pengantin yang telah sah sebagai suami-istri kemudian melangsungkan upacara munggah di kediaman sang mempelai wanita. Saat hari pelaksanaan tiba, seluruh anggota keluarga dari mempelai wanita akan terlihat sangat sibuk lantaran harus menyiapkan aneka hidangan matang dalam jumlah besar sekaligus mendekorasi setiap sudut ruangan. Biasanya, pihak keluarga dari mempelai pria akan disiapkan rumah singgah sementara yang jaraknya antara dua sampai tiga rumah saja dari rumah mempelai wanita. Nah, tempat persinggahan ini nantinya menjadi lokasi persiapan bagi sang suami untuk selanjutnya diarak warga menuju rumah pengantin perempuan. Ketika semuanya telah siap, rombongan keluarga laki-laki kemudian akan mulai berjalan setapak demi setapak sambil diiringi oleh ketukan rebana dan lantunan shalawat Nabi. Sementara di bagian depan dari rombongan itu terdapat ahli pertunjukan silat yang mampu memeriahkan suasana.
    Saat rombongan tiba di depan pintu rumah mempelai wanita, umumnya ibu dari mempelai wanita dan beberapa perwakilan keluarga sudah berdiri di area ini untuk menyambut rombongan besan. Mereka juga telah menyiapkan beras kunyit yang nantinya ditaburkan ke tubuh pengantin pria secara berulang. Ketika akan memasuki kediaman, seorang pendamping pria ditunjuk untuk menyerahkan bungo langse sebagai bentuk permohonan izin memasuki rumah dengan niat yang baik.
    Acara pun dilanjutkan dengan pengantin pria yang memberikan sirih penyapo kepada sang istri, untuk kemudian sirih tersebut digigit dan diteruskan dengan kegiatan suap-suapan pasangan pengantin. Terakhir, kedua mempelai dapat melalui upacara timbang daun. Nantinya, kedua ibu pengantin akan menimbang dedaunan tersebut dan bersaksi bahwa keduanya sama berat. Ini disimbolkan bahwa pasangan pengantin akan diperlakukan secara adil dan tidak berat sebelah. Sebagai penutup, berbagai acara hiburan pun dilakukan untuk memeriahkan berakhirnya prosesi.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang