Tidak semua perjalanan cinta berjalan mulus menuju akhir yang bahagia. Mungkin beberapa orang juga ada yang mengalami berbagai rintangan sehingga membuat hubungan tak berakhir sesuai harapan. Namun, di balik semua itu, ada pelajaran berharga yang kemudian akan membentuk Anda menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam mencintai. Sebagian dari kita bisa saja menemukan refleksi diri lewat pengalaman pribadi, tetapi sebagian yang lainnya bisa tergugah hanya melalui kisah yang disampaikan dalam film.
Bahkan, beberapa film yang menceritakan tentang patah hati mampu menggambarkan betapa kompleksnya suatu hubungan, seperti bagaimana rasanya mengalami kehilangan, hingga proses sang tokoh bisa bangkit kembali dengan cara yang paling menyentuh. Dalam artikel ini, Bridestory telah merangkum tujuh film tentang patah hati yang bukan hanya relevan saat masih berstatus pacaran, tetapi juga mencerminkan dinamika hubungan yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan pernikahan. Jangan lupa siapkan tisu di samping Anda.
500 Days of Summer (2009)
Sebuah film tentang cinta yang akan membuat Anda mempelajari kembali kapan tibanya Anda harus berhenti melangkah. Begitulah kira-kira narasi 500 Days of Summer yang merangkum kisah antara Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt) dan Summer Finn (Zooey Deschanel). Tom, seorang pria romantis yang percaya pada cinta sejati sempat jatuh cinta pada Summer sejak pandangan pertama. Sayangnya, perasaan cinta tersebut ternyata hanya tumbuh satu arah. Sementara Tom membayangkan masa depan, Summer sejak awal menegaskan bahwa ia tidak mencari hubungan yang serius.
Selama 500 hari, kita akan diajak menyelami lika-liku hubungan mereka berdua melalui potongan waktu yang tidak linear, mulai dari saat-saat manis yang penuh tawa hingga fase penuh kebingungan dan air mata. Film ini terasa begitu dekat bagi siapa pun yang pernah berharap terlalu banyak dari seseorang yang tidak pernah berjanji apa-apa. Lebih dari sekadar kisah cinta yang kandas, 500 Days of Summer akan mengajak Anda untuk merenungkan kembali bagaimana ekspektasi dan kenyataan sering kali tidak berjalan sesuai harapan, serta bahwa patah hati bisa menjadi jalan menuju pembelajaran hidup.
He's Just Not That Into You (2009)
Tidak ada yang lebih membingungkan daripada mencoba menafsirkan sinyal dalam hubungan, apalagi jika sinyal itu ternyata tidak pernah ada. He's Just Not That Into You menghadirkan sembilan karakter dengan lika-liku asmara yang penuh kesalahpahaman, harapan sepihak, dan pencarian cinta sejati yang sering kali tidak berbalas. Melalui narasi yang saling terhubung, film ini memetakan berbagai petualangan hubungan, mulai dari yang terlalu berharap hingga yang tak pernah ingin berkomitmen. Juga, di balik gaya penceritaan yang ringan dan menghibur, tersembunyi banyak pelajaran penting tentang bagaimana mengenali tanda-tanda cinta yang tidak sehat serta keberanian untuk mengambil keputusan krusial dalam hubungan.
Eat, Pray, Love (2010)
Pernikahan yang gagal bukanlah akhir dari segalanya. Itulah pelajaran utama dari Eat, Pray, Love, film yang diadaptasi dari memoir laris karya Elizabeth Gilbert. Seorang wanita bernama Liz (diperankan oleh Julia Roberts), yang berprofesi sebagai penulis sukses, tiba-tiba merasa kosong dan kehilangan arah setelah harus menghadapi perceraiannya dengan sang suami. Dari luar, hidupnya tampak ideal, tapi jauh di dalam, ia merasa terjebak dalam rutinitas yang tak lagi memberi makna.
Ia pun mencoba kembali membuka hati dengan seorang aktor, yaitu David Piccolo (James Franco), namun hubungan tersebut juga berujung kandas. Setelah dua kali gagal dalam komitmen, Liz memilih untuk melakukan hal yang tak biasa dan belum pernah ia jalani sebelumnya, yaitu dengan cara meninggalkan segalanya dan memulai perjalanan ke tiga negara demi bisa menemukan kembali dirinya yang hilang. Nah, tiga negara yang disambangi Liz adalah Italia, India, dan Indonesia.
Di Italia, Liz belajar mencintai dirinya sendiri melalui kenikmatan sederhana berupa makanan. Sementara di India, ia belajar melepaskan luka dengan kekuatan doa. Ketiga tibanya Liz di Bali, ia menemukan ketenangan serta cinta yang lahir dari kedamaian, bukan kekosongan. Film ini menjadi pengingat bahwa terkadang luka justru bisa mengantarkan kita menuju versi pribadi yang lebih utuh.
One Day (2011)
One Day adalah kisah tentang dua jiwa yang saling tertarik namun tak pernah benar-benar berjalan beriringan sampai waktu mengizinkan. Film ini mengikuti perjalanan dua sahabat, Emma Morley (Anne Hathaway) dan Dexter Mayhew (Jim Sturgess), yang pertama kali dipertemukan pada 15 Juli 1988. Meskipun hanya menghabiskan satu malam bersama setelah acara kelulusan, tanggal tersebut kemudian menjadi simbol ikatan mereka yang terus berulang setiap tahunnya.
Selama lebih dari dua dekade, Anda akan diajak untuk menyelami lika-liku hubungan Dexter dan Emma yang penuh keraguan, kesempatan yang terlewati, hingga penyesalan yang mendalam. Emma yang tetap mencintai dalam diam, sementara Dexter hampir selalu berusaha mencari arah hidupnya dalam gemerlap yang kosong. Ketika akhirnya cinta mereka bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan, takdir justru berkata lain. Hubungan keduanya direnggut oleh sebuah tragedi. Namun di balik duka itu, One Day menyiratkan bahwa cinta sejati tidak selalu datang dengan cara yang sempurna, tetapi ia bertahan dalam sebuah kenangan berarti.
Someone Great (2019)
Di tengah kepedihan patah hati akibat putus cinta setelah sembilan tahun bersama, Someone Great akan membawa Anda menyelami perjalanan emosional seorang wanita yang dihadapkan pada perpisahan dan perubahan besar dalam hidupnya. Jenny (diperankan dengan kuat oleh Gina Rodriguez), seorang jurnalis musik yang baru saja mendapatkan pekerjaan impian di Rolling Stone San Francisco, harus menerima kenyataan pahit bahwa sang kekasih, Nate (LaKeith Stanfield), memilih mengakhiri hubungan mereka daripada menjalani hubungan jarak jauh. Dengan dukungan dua sahabatnya, Erin dan Blair, Jenny menjalani satu malam terakhir yang liar dan penuh kenangan di New York sebelum ia memulai lembaran hidup yang baru. Akankah Jenny berhasil meyakinkan Nate untuk kembali bersamanya dan menjalani LDR dengannya?
Marriage Story (2019)
Marriage Story adalah potret kisah menyayat hati tentang dua orang yang pernah saling mencintai, namun akhirnya harus melepaskan. Disutradarai oleh Noah Baumbach dan tayang di Netflix pada Desember 2019, film ini menghadirkan Scarlett Johansson dan Adam Driver sebagai Nicole dan Charlie Barber, sepasang suami istri yang awalnya tampak penuh cinta dan kekaguman satu sama lain.
Namun seiring berjalannya waktu, gesekan kecil dalam kehidupan rumah tangga mereka pun mulai merebak, dari kebiasaan yang sepele hingga perbedaan visi dalam karier, kemudian berkembang menjadi jurang yang tak terjembatani. Momen-momen romantis yang menjadi pembuka dalam film seolah adalah pengantar dari perjalanan emosional menuju perceraian, di mana tingginya ego, rasa sakit, dan perjuangan hak asuh anak menjadi bagian tak terhindarkan.
Lewat penggambaran kisahnya yang luar biasa, Marriage Story bahkan berhasil masuk ke dalam enam nominasi di Academy Awards ke-92, termasuk kategori Best Picture dan Best Actor/Actress. Film ini juga bisa menjadi pengingat bahwa dalam pernikahan, saling memahami, mendengarkan, dan merendahkan ego adalah fondasi yang tak boleh diabaikan, bahkan ketika cinta itu sendiri masih tersisa.
The Life List (2025)
Tayang perdana di Netflix pada 28 Maret 2025 dan langsung melejit menjadi tontonan nomor satu selama berhari-hari, The Life List menyuguhkan kisah yang ringan namun menggugah jiwa. Dibintangi oleh Sofia Carson sebagai Alex Rose, film ini menyuguhkan perjalanan emosional seorang wanita yang sedang kehilangan arah setelah kepergian ibunya. Uniknya, warisan yang ditinggalkan sang ibu bukan berupa harta, melainkan sebuah daftar keinginan terakhir milik ibunya yang harus diselesaikan oleh Alex. Dari sinilah ia dimulai petualangan penuh kejutan yang akan mulai mengubah arah hidupnya.
Melalui daftar tersebut, Alex perlahan menemukan kembali jati dirinya, melepaskan hubungan yang tak sehat dengan Finn yang tak mendukung perjalanan batinnya, hingga berani meninggalkan zona nyaman bersama rekan kerjanya, Garrett. Setiap poin dalam daftar itu akan membawa Alex lebih dekat pada versi terbaik dari dirinya yang sebelumnya.
