Blog / Wedding Ideas / Prosesi Pernikahan Adat Aceh Penuh Makna Religius

Prosesi Pernikahan Adat Aceh Penuh Makna Religius

Warna:
Tambahkan ke Board
prosesi-pernikahan-adat-aceh-penuh-makna-religius-1

Photography: Imagenic

Sakralnya prosesi pernikahan adat Aceh juga sangat dipengaruhi oleh beragam kekayaan budaya mulai dari Arab, Eropa, Tionghoa, hingga Hindia. Zaman dulu para bangsawan Aceh akan menggelar upacara pernikahan ketika sudah didapat kesepakatan dari para tetua adat, pemuka agama dan anggota keluarga. Ini mengapa pernikahan adat Aceh sangat kental akan unsur-unsur religius yang penuh akan kehangatan kekeluargaan.

Secara garis besar, prosesi pernikahan adat Aceh terdiri atas tiga tahapan yaitu :

  1. Persiapan menuju pernikahan, tahapan ini bisa dibilang merupakan awal perkenalan kedua keluarga mempelai yang prosesinya adalah
    Jak Keumalen : Secara harfiah artinya adalah mencari calon istri. Tahapan ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dilakukan langsung oleh orang tua calon mempelai laki-laki atau melalui utusan khusus. Tujuan dari tahapan ini adalah mempelajari kehidupan keluarga calon mempelai perempuan. Jadi tidak hanya mengenali calon mempelai perempuannya saja tapi juga suasana serta perilaku keluarganya. Jika dirasa cocok, baru pihak calon mempelai laki-laki akan bertanya kepada keluarga calon mempelai perempuan apakah putrisnya sudah mempunyai calon suami. Jika niat dari calon mempelai laki-laki diterima maka baru akan lanjut ke tahap berikutnya. Pada masa lampau, tahap perkenalan tabu dilakukan secara langsung itu mengapa yang lebih banyak terlibat dalam pencarian calon mempelai perempuan adalah keluarga calon mempelai laki-laki.
    Jak ba ranub atau melamar : Ketika kedua keluarga sepakat untuk menikahkan kedua calon mempelai maka dilakukanlah tahap melamar. Tahapan ini dilakukan dengan keluarga calon mempelai laki-laki mengirimkan utusannya untuk membawa sirih, kue dan lain-lain ke keluarga dara baro atau keluarga calon mempelai perempuan. Bila keluarga dara baro menerima lamaran yang disampaikan utusan calon mempelai laki-laki atau linto baro maka akan dilakukan musyawarah dengan seluruh pihak keluarga. Jika seluruh keluarga menyetujui maka kemudian dilanjutkan ke tahap berikutnya. Bagaimana jika tidak disetujui? Sebaiknya keluarga calon mempelai perempuan menjawabnya dengan alasan serta cara yang baik.
    Jak ba tanda : Ini adalah tahapan pertunangan yang bertujuan untuk menguatkan komitmen kedua belah pihak. Adapun yang harus dibawa calon mempelai laki-laki adalah sirih, makanan kaleng, seperangkat pakaian atau lapek tanda dan perhiasan emas. Semua barang ini dihias di atas talam atau dalong. Begitu barang-barang ini diterima oleh keluarga dara baro, maka talam akan dikosongkan yang kemudian diisi kembali dengan kue-kue sebagai balasan. Pada pertemuan ini juga dibicarakan mas kawin atau jeulame, uang hangus atau peng angoh, rencana hari dan tanggal pernikahan, jumlah undangan, jumlah rombongan pihak calon mempelai laki-laki yang turut hadir pada upacara menjelang pernikahan.

  2. Prosesi menjelang pernikahan : Sebelum dilangsungkan pernikahan akan diadakan beberapa prosesi atau upacara yang terdiri dari :
    Malam peugaca atau inai : Prosesi ini biasanya dilakukan di malam hari selama tiga hingga tujuh hari. Adapun tujuan dari prosesi ini adalah untuk mendatangkan keselamatan dan mendoakan agar kedua calon pengantin mendapatkan kehidupan pernikahan yang bahagia di dunia dan akhirat. Prosesi ini dipimpin langsung oleh sesepuh adat dengan memberikan peusijuek (pemberian tepung mawar), peusijuek gaca, dan bate mupeh (batu giling). Adapun yang juga menarik pada prosesi ini adalah baju yang dikenakan calon mempelai perempuan pada malam inai tidak terikat dan terus berganti dari malam pertama hingga ketujuh.
    Koh gilo atau meratakan gigi : Prosesi ini sebenarnya sudah jarang dilakukan karena masyarakat semakin menyadari akan bahayanya pengikiran gigi. Di zaman dulu prosesi ini dilakukan kepada calon mempelai perempuan sehari sebelum hari pernikahan. Selain bertujuan untuk estetika, prosesi meratakan gigi juga menjadi tanda bahwa perempuan tersebut sudah bersuami.
    Koh andam atau memotong rambut halus di wajah : Selain bertujuan untuk membuat wajah terlihat lebih bersih, prosesi ini juga bermakna menghilangkan hal-hal yang tidak baik di masa lalu sehingga digantikan dengan hal-hal baik ketika memasuki kehidupan pernikahan. Prosesi ini dilakukan ketika calon mempelai perempuan tidak sedang menstruasi. Bulu atau rambut halus yang sudah dipotong kemudian dimasukkan ke dalam kelapa gading atau hijau yang diukir dan masih ada airnya. Setelah itu kelapa ukir berisi potongan rambut tersebut ditanam di bawah pohon rindang. Adapun makna dari prosesi ini adalah agar calon mempelai perempuan memiliki ketegaran hati dan selalu berpikir tenang ketika menghadapi masalah rumah tangga.
    Peumano : Ini adalah prosesi memandikan kedua calon mempelai perempuan. Prosesi dilakukan oleh kedua orang tua, sesepuh adat, dan beberapa keluarga dekat sambil membacakan doa-doa agar calon mempelai memasuki hari pernikahan dalam keadaan suci lahir dan batin. Menariknya adalah jumlah dari mereka yang melakukan prosesi ini haruslah ganjil.
    Khatam Al Quran : Upacara ini dipimpin oleh guru mengaji setempat yang diawali dengan membacakan doa-doa keselamatan. Tujuan dari prosesi ini adalah untuk menunjukkan bahwa calon mempelai perempuan adalah perempuan yang salihah. Sebelum calon pengantin perempuan membaca ayat terakhir dalam Al Quran, ia akan disuapi ketan dan tumpo. Baru setelah itu calon mempelai perempuan menyalami seluruh tamu yang hadir untuk meminta maaf serta mengucapkan terima kasih. Calon mempelai perempuan juga memohon doa restu kepada kedua orang tua dan guru mengajinya pada prosesi ini. Setelah semua prosesi selesai, calon mempelai perempuan bersama kedua orang tuanya menyerahkan tanda terima kasih kepada guru mengajinya yaitu berupa telur, bereteh, beras, padi dan uang sekadarnya. Ini adalah ekspresi cinta dan terima kasih kepada guru mengaji dari calon mempelai perempuan atas ilmu agama yang sudah dibekalkan kepadanya.

  3. Prosesi pernikahan atau wa linto
    Sebelum memulai prosesi ijab kabul, kedua calon mempelai melakukan prosesi sungkeman atau semah ureung chik kepada kedua orang tua. Mempelai perempuan dengan diapit oleh kedua pendampingnya (peunganjo) berjalan menghadap kedua orang tua. Baru kemudian calon mempelai perempuan diantar oleh peunganjo duduk di pelaminan untuk menunggu kedatangan mempelai laki-laki beserta rombongan. Sungkeman juga dilakukan mempelai laki-laki kepada kedua orang tuanya untuk meminta doa restu sebelum berangkat ke rumah mempelai perempuan. Sepanjang perjalanan mempelai laki-laki dan seluruh rombongan melantunkan shalawat. Setelah melihat kedatangan mempelai laki-laki dan rombongan, pihak keluarga mempelai perempuan pun menjemputnya lalu kemudian berbalas pantun. Pada prosesi berbalas pantun, keluarga mempelai laki-laki tidak boleh kalah karena kalau kalah maka prosesi tidak bisa dilanjutkan. Tapi jika keluarga mempelai laki-laki menang dalam berbalas pantun maka prosesi selanjutnya adalah tukar menukar sirih yang dilakukan oleh kedua orang tua dari kedua mempelai.

    Ijab kabul dilakukan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan dengan dihadiri oleh penghulu, wali nikah, saksi dan keluarga dekat. Uniknya dari prosesi ini pada adat Aceh adalah lafaznya berupa bahasa Aceh seperti berikut : "Ulon tuan peunikah, aneuk lon (apabila ayah perempuan yg mengucapkan)....(nama pengantin perempuan) ngon gata (nama pengantin laki-laki) ngon meuh...(jumlah mahar yang telah disepakati) mayam." Adapun pengantin laki-laki kemudian menjawabnya seperti berikut : "Ulon tuan terimong nikah ngon kawen.. (nama pengantin) ngon meuh.. (jumlah mahar yang telah disepakati) mayam, tunai."

    Baru setelah itu mempelai laki-laki diantarkan untuk bertemu mempelai perempuan. Sebelum bertemu mempelai perempuan, mempelai laki-laki harus membasuh kedua kakinya. Adapun maknanya adalah memasuki kehidupan berumah tangga secara suci lahir dan batin. Baru kemudian mempelai perempuan menyambut mempelai laki-laki di pelaminan dan melakukan sungkem sebagai tanda penghormatan dan pengabdian. Sungkeman ini disambut dengan penuh kasih sayang oleh mempelai laki-laki seraya menggenggam tangan mempelai perempuan. Lalu mempelai laki-laki memberikan amplop berisi uang kepada mempelai perempuan. Ini adalah lambang atas kesanggupan mempelai laki-laki untuk bertanggung jawab dan menafkahi istri serta anak-anaknya kelak.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang