Blog / Relationship Tips / Mana yang Lebih Penting: Menikah atau Punya Rumah Dulu?

Mana yang Lebih Penting: Menikah atau Punya Rumah Dulu?

Warna:
Tambahkan ke Board
mana-yang-lebih-penting-menikah-atau-punya-rumah-dulu-1

Menikah dulu atau beli rumah dulu? Pertanyaan seperti ini kerap menghampiri pasangan yang tengah bersiap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, bahkan juga menjadi perbincangan hangat di kalangan pasangan muda. Sebagian besar dari Anda mungkin memiliki harapan untuk memiliki rumah terlebih dahulu, supaya ketika menikah nanti, Anda dan pasangan bisa memulai hidup berdua secara mandiri dengan privasi yang lebih terjamin. Namun, tak dapat dimungkiri bahwa realita tak selalu berjalan seiring dengan rencana. Apalagi, menggelar pesta pernikahan dan membeli rumah sama-sama membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat mewujudkannya.

Anda mungkin masih bisa menikah secara sederhana demi mengalihkan sebagian dana untuk pembelian rumah, tetapi tentu saja harga hunian saat ini sudah tidak bisa dikatakan murah, bahkan nilai properti cenderung semakin naik setiap tahunnya, terutama bila rumah tersebut berada di tengah-tengah kota. Di sinilah para pasangan sering dihadapkan pada keputusan sulit. Sebenarnya, tak ada jawaban mutlak yang benar atau salah dalam hal keputusan untuk menikah dulu atau beli rumah dulu. Semuanya kembali lagi pada kondisi finansial, skala prioritas, maupun kesiapan masing-masing individu dan pasangan dalam membangun kehidupan rumah tangga.

Bila Pilihan Anda adalah Membeli Rumah Dulu

Memutuskan untuk membeli rumah sebelum menikah tentu merupakan langkah yang strategis, namun memerlukan kesiapan finansial yang matang. Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengecek bagaimana kondisi keuangan Anda secara menyeluruh. Kalkulasikan jumlah tabungan, investasi yang dimiliki, serta utang yang harus dibayar. Idealnya, agar arus kas tetap sehat, cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tidak melebihi 30% dari total pendapatan Anda.

Mana yang Lebih Penting: Menikah atau Punya Rumah Dulu? Image 1

Perencana keuangan Kennedy Handersen dalam program Investime CNBC Indonesia mengingatkan agar Anda menentukan terlebih dahulu kisaran harga rumah yang ingin dibeli. Jangan menunggu memiliki dana baru mencari properti. Dengan mengetahui kisaran harga, Anda akan lebih mudah menghitung besaran dana yang perlu dikumpulkan sebagai uang muka atau down payment (DP).

Tak hanya DP, Anda juga perlu mempersiapkan berbagai biaya tambahan lainnya, seperti uang tanda jadi (booking fee), Akta Jual Beli (AJB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), biaya balik nama, jasa notaris, validasi pajak, biaya cek sertifikat, hingga biaya pengajuan KPR. Jika ditotal, maka keseluruhan biaya tersebut dapat mencapai hingga 30% dari harga rumah. Itulah mengapa, Anda yang belum memiliki kesiapan dana perlu menyisihkan sekitar 30–50% dari penghasilan setiap bulannya.

Menurut perencana keuangan dan CEO ZAP Finance, Prita Hapsari Ghozie, sebagaimana dilansir oleh iNews, terdapat tiga langkah penting dalam mempersiapkan dana membeli rumah sebelum menikah. Pertama-tama, tentunya dengan mengalokasikan 30% dari pemasukan untuk tabungan DP, yang nantinya bisa dialihkan menjadi dana cicilan setelah DP terkumpul. Kedua, pastikan harga rumah yang Anda incar tidak melebihi lima kali penghasilan tahunan. Misalnya, jika pendapatan Anda Rp100 juta per tahun, maka rumah yang dibeli idealnya tidak lebih dari Rp500 juta. Ketiga, siapkan dana darurat minimal enam kali jumlah cicilan bulanan sebagai bentuk antisipasi terhadap gangguan arus kas.

Anda dapat mempertimbangkan untuk membeli rumah di kawasan pinggiran kota jika ingin mendapatkan harga yang lebih terjangkau. Meskipun berada di luar pusat kota, pastikan rumah tersebut memiliki akses yang mudah menuju tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan, serta fasilitas umum lainnya. Ketersediaan transportasi umum seperti MRT/LRT, bus, stasiun, akses tol, dan sarana mobilitas lainnya juga penting untuk menunjang aktivitas harian.

Andi Nugroho, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) dalam wawancaranya dengan Lifepal menyarankan agar DP rumah bisa dibagi bersama jika Anda dan pasangan sudah mantap untuk menikah. Begitu pula dengan skema cicilan yang dapat dilakukan dengan joint income. "Sisi baiknya, rumah adalah barang produktif yang nilainya terus naik. Jadi sambil mencicil, nilai aset yang dimiliki juga ikut meningkat," ujar Andi.

Bila Pilihan Anda adalah Menikah Dulu

Di sisi lain, bila Anda dan pasangan sepakat untuk mengutamakan pernikahan terlebih dahulu, bukan berarti rencana memiliki rumah lantas harus tertunda selamanya. Anda bisa memulai kehidupan pernikahan dengan tinggal sementara di rumah orang tua atau mertua. Alternatif lainnya, Anda bisa menyewa rumah, apartemen, atau kos dengan lokasi strategis dekat dengan tempat kerja agar tetap efisien.

Menikah tidak selalu harus mewah. Bila anggaran yang tersedia dirasa masih terbatas, Anda bisa memilih pernikahan sederhana atau bahkan hanya melangsungkan akad nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) yang kini sudah banyak dipilih oleh pasangan muda. Selain dapat menghemat anggaran, Anda pun bisa mengalihkan sebagian besar dana ke persiapan membeli rumah serta seisinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2019, menikah di kantor KUA pada hari dan jam kerja tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun, jika akad dilakukan di luar kantor atau di luar jam kerja, akan dikenakan biaya sebesar Rp600.000.

Setelah menjadi suami istri, Anda dan pasangan secara hukum akan menjadi satu kesatuan, sehingga dapat mengajukan fasilitas joint income, yakni skema menggabungkan dua pendapatan untuk satu cicilan rumah, sehingga beban cicilan pun akan terasa lebih ringan karena dibagi dua. Selain itu, menurut berbagai sumber perbankan, pengajuan KPR dengan dua sumber penghasilan cenderung lebih disetujui oleh bank karena dianggap memiliki risiko kredit macet yang lebih rendah. Keuntungan lainnya, Anda juga berpeluang mendapatkan suku bunga KPR yang lebih rendah karena dinilai memiliki komitmen keuangan yang kuat sebagai pasangan.

Mana yang Lebih Penting: Menikah atau Punya Rumah Dulu? Image 2

HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN SEBELUM MENENTUKAN PILIHAN

Pasangan kreator konten finansial, Samuel Ray dan Claudya Abednego, turut mengangkat topik ini dalam kanal YouTube mereka lewat seri #MendingMana dengan judul "Nikah Dulu, Atau Beli Rumah Dulu?". Dalam diskusi tersebut, mereka menyoroti bahwa keputusan menikah atau membeli rumah tidak dapat dipisahkan dari realita kehidupan sehari-hari, termasuk soal kesiapan emosional, hubungan dengan keluarga, hingga tujuan karier.

Pertama-tama, bila Anda berencana menikah lebih dulu, penting untuk mempertimbangkan kondisi tempat tinggal saat ini. Apakah memang memungkinkan untuk dihuni berdua? Bukan hanya dari segi ruang fisik, namun juga secara emosional. Mungkin rumah orang tua Anda menyediakan banyak kamar tidur kosong, namun apakah Anda dan pasangan akan merasa nyaman bila harus berbagi ruang dengan keluarga besar? Keterbukaan komunikasi dengan pasangan dan orang tua sangat penting untuk membicarakan hal ini sebelum menikah nanti, khususnya jika Anda dan pasangan memutuskan untuk menumpang sementara di rumah keluarga sembari menabung untuk rumah sendiri.

Kemudian, tanyakan pada diri Anda, apakah komunikasi dengan pasangan sudah berjalan dua arah? Apakah Anda dan pasangan telah saling memahami bagaimana spending habits atau kebiasaan membelanjakan uang satu sama lain? Karena hal ini sering kali menjadi sumber konflik bila tidak dibicarakan sejak awal. Hal-hal fundamental seperti pengelolaan keuangan, ekspektasi terhadap pernikahan, hingga keberanian membuka trauma masa lalu juga perlu dibicarakan secara terbuka, mengingat pernikahan yang sehat hanya bisa dibangun jika Anda siap menerima pasangan secara utuh, termasuk kelebihan dan kekurangannya.

Pertimbangan lainnya adalah soal rencana memiliki anak. Jika Anda dan pasangan berniat untuk segera memiliki momongan setelah menikah, maka kesiapan finansial dan tempat tinggal menjadi semakin krusial. Sebab, bagi sebagian pasangan, tinggal bersama orang tua atau mertua mungkin bisa memicu terjadinya gesekan, terutama untuk hal-hal yang menyangkut pola asuh anak karena adanya perbedaan antar generasi. Di sisi lain, ada juga pasangan yang justru merasa terbantu dengan kehadiran orang tua mereka di rumah, terutama bagi pasangan yang bekerja penuh waktu. Alasannya adalah karena mereka bisa meminta bantuan orang tua untuk menjaga anak-anak mereka selama keduanya bekerja. Namun, keputusan ini pun harus mempertimbangkan bagaimana kondisi orang tua saat ini, apakah mereka memang mampu dan bersedia?

Terakhir, evaluasi kembali perjalanan karier Anda dan pasangan. Di usia 20-an, umumnya banyak individu yang masih berada dalam fase membangun karier dan belum memiliki lokasi kerja yang tetap. Proyek luar kota, perpindahan kerja, atau tuntutan mobilitas tinggi bisa saja membuat Anda dan pasangan harus menetap di kota berbeda. Dalam kondisi seperti ini, membeli rumah terlalu dini bisa menjadi keputusan yang kurang ideal. Oleh karena itu, ada baiknya untuk berdiskusi bersama pasangan terlebih dahulu. Apakah Anda berdua masih ingin fokus mengejar karier dalam beberapa tahun ke depan? Apakah tujuan dan gaya hidup yang ingin dijalani selaras?

Pada akhirnya, tidak ada pilihan yang sepenuhnya benar ataupun salah. Keputusan untuk menikah dulu atau membeli rumah terlebih dahulu sangatlah personal dan bergantung pada situasi dan kondisi tiap pasangan. Yang terpenting adalah adanya komunikasi yang terbuka demi bisa melangkah ke depan dengan arah yang sama.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang