Blog / Relationship Tips / Hindari Sikap dan Perilaku Berikut Ini Agar Pernikahan Tetap Harmonis

Hindari Sikap dan Perilaku Berikut Ini Agar Pernikahan Tetap Harmonis

Warna:
Tambahkan ke Board
hindari-sikap-dan-perilaku-berikut-ini-agar-pernikahan-tetap-harmonis-1

Tidaklah mungkin tidak terjadi konflik dalam sebuah rumah tangga. Di satu sisi, adanya konflik bisa menjadi sesuatu yang baik dalam hubungan pernikahan, seperti yang diungkapkan oleh psikolog Rini Hapsari Santosa dari Enlightmind. "Hampir tidak mungkin dua pribadi yang berbeda bisa sangat sesuai dalam segala hal. Dalam hal ini, konflik justru esensial untuk memberi kesempatan bagi dua pribadi untuk lebih mengenal dirinya, pasangannya, dan merefleksikan hubungan di antara keduanya."

Akan tetapi, di sisi lain, pada umumnya semua pasangan pasti menginginkan hubungan harmonis yang jauh dari konflik. Walaupun konflik adalah hal normal, tidak ada salahnya juga meminimalisir kemunculannya. Agar pernikahan Anda selalu dikelilingi oleh suasana yang positif, Rini menyarankan untuk mencoba menghindari beberapa hal di bawah ini agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan dengan pasangan.

Tidak bisa mengontrol emosi
Keterampilan mengelola emosi adalah sesuatu yang bisa dikembangkan dan diasah. Sebelum perasaan negatif menguasai Anda setiap beradu argumen dengan pasangan, belajarlah dahulu mengenal diri Anda sendiri dengan merasakan dan mengekspresikan emosi secara tepat.

Pola kekerasan
Saat kekerasan terjadi dalam pernikahan, dapat dikatakan pasangan sudah saling menyakiti dan tersakiti, hingga terkadang menimbulkan trauma bagi pasangan. Pada umumnya, pasangan membutuhkan proses pemulihan yang lebih mendalam.

Merendahkan atau tidak menghargai pasangan
Hubungan yang tidak seimbang bisa disebabkan karena konteks sosial dan budaya yang berbeda antara suami dan istri. Misalnya, suami yang dipaksa bekerja keras untuk memenuhi keperluan pribadi istri, atau istri yang kerap mendapatkan kata-kata kasar dari suami. Ketidaksetaraan peran ini bisa menjadi konflik terpendam yang memicu polemik.


Berekspektasi yang tidak realistis
Informasi dunia maya yang menyebar cepat saat ini bisa mencuci otak manusia dengan gambaran yang terlihat ideal, namun semu. Tidak hanya itu saja, mitos dan keyakinan tertentu yang berbeda dengan keadaan yang dihadapi juga bisa membuat jarak antara ekspektasi dan realitas menjadi semakin jauh. Hal ini akan menimbulkan kekecewaan sehingga berpotensi membuat pasangan jadi kurang efektif dalam mengelola konflik.

Jika konflik terjadi, terkadang timbul keinginan untuk mengubah sifat pasangan. Tentunya hal ini tidak realistis. Rini juga mengamini kenyataan ini. "Karena itu penting bagi pasangan untuk secara matang mengenal pribadinya dan mengenal pribadi pasangannya sebelum berkomitmen dalam pernikahan. Karakter yang sifatnya mendasar pada umumnya menetap dan tidak mungkin berubah, namun dapat ditampilkan secara bervariasi tergantung pada konteks dan situasi yang dihadapi."

Perbedaan karakter tersebut bukan berarti jalan buntu, menurut Rini, karena selalu ada ruang bagi pasangan untuk saling belajar dan mengubah tingkah laku. Saat individu merasa pasangannya "sulit", beberapa hal yang dapat dilakukan :

  1. Sampaikan feedback / pendapat dengan cara yang konkret dan tepat waktu. Fokus pada tingkah laku yang diharapkan dan jelaskan secara bertahap sehingga lebih mudah dimengerti oleh pasangan.
  2. Luangkan waktu secara khusus untuk membahas hal-hal yang dianggap penting. Komunikasi yang dilakukan secara terburu-buru atau sambil lalu pada umumnya kurang efektif. Diskusi dapat ditutup dengan kesepakatan bersama mengenai hal-hal yang perlu dilakukan oleh pasangan ke depannya.
  3. Beri contoh tingkah laku supaya pasangan dapat melihat, mengalami, dan merasakan efek dari tingkah laku yang diharapkan.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang