Blog / Relationship Tips / 4 Pasangan Suami-Istri Berbagi Tips dan Pengalaman Menikah Beda Agama

4 Pasangan Suami-Istri Berbagi Tips dan Pengalaman Menikah Beda Agama

Color:


Add To Board
4-pasangan-suami-istri-berbagi-tips-dan-pengalaman-menikah-beda-agama-1

Sering sekali kita mendengar hubungan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun yang kandas akibat perbedaan agama. Banyak yang menganggap bahwa hubungan romantis antara dua orang yang berbeda keyakinan tidak dapat dilanjutkan ke ranah pernikahan di Indonesia. Namun, ternyata sudah ada banyak pasangan yang menikah walaupun keduanya memiliki agama yang berbeda. Kisah perjalanan tiap pasangan berbeda-beda, masing-masing memiliki tantangan serta solusi tersendiri. Kami berkesempatan mewawancarai empat pasangan beda agama yang sukses menjalani hubungan romantis sampai menikah. Mereka berbagi pengalaman mereka dalam mengkomunikasikan rencana menikah dengan keluarga, mengurus administrasi dan surat-surat menikah, serta saran untuk pasangan yang saat ini sedang menjalani tantangan yang sama.

Sari & Awi

Apa agama Anda dan pasangan? Saya Buddha, suami Katolik.
Berapa lama berpacaran? Sekitar 5 tahun.
Berapa lama telah menikah? 7 tahun sejak 2013.
Bagaimana tanggapan keluarga saat kalian berencana untuk menikah?
Karena kami sudah lama berpacaran, orang tua kami yang menanyakan kapan menikah. Dari awal pacaran, kami sudah diberitahu oleh orang tua masing-masing untuk menjalankan hubungan yang serius sampai jenjang menikah, perbedaan agama jangan sampai menjadi alasan putus. Kebetulan kakak saya juga menikah beda agama, jadi keluargaku sudah merestui hubungan kami. Begitu pun dengan orang tua pasangan saya, karena sudah lama berpacaran, mereka sudah merestui.
Seperti apa prosesi pernikahan yang diselenggarakan?
Kami menyelenggarakan acara pernikahan dua kali. Yang pertama kami adakan di wihara, yang kedua di gereja.
Bagaimana mengurus administrasi dan surat menikah?
Ketika kami menikah, catatan sipil digabung dengan tempat ibadah di mana kita menikah. Jadi, ketika kami menikah di wihara, kami sudah terdaftar di catatan sipil sebagai pasangan yang sudah menikah. Namun, suami aku harus membuat surat pernyataan terlebih dahulu bahwa ia sudah berpindah agama menjadi Buddha. Hal itu hanya untuk administrasi saja. Sampai sekarang, kami masih menjalankan ibadah dengan keyakinan masing-masing.
Apa saran Anda untuk pasangan beda agama yang ingin menikah?
Komunikasikan dari awal mengenai arah hubungan kalian kalau memang berbeda keyakinan. Bicarakan apa saja yang rela dikorbankan demi urusan administrasi karena di negara kita hal itu yang masih sulit diakali. Jangan diambil pusing, kalian tetap dapat memegang keyakinan masing-masing bila mau.

Nova & Dimas

Apa agama Anda dan pasangan? Saya Kristen, suami Muslim.
Berapa lama berpacaran? 5 tahun lebih.
Berapa lama telah menikah? 3 tahun sejak 2017.
Bagaimana tanggapan keluarga saat kalian berencana untuk menikah?
Keluargaku lebih mudah menerima, yang berat di keluarga suami. Aku memulai pendekatan dengan sering berkunjung ke rumah suami, kemudian baru suami saya bilang kalau ia mau menikahi aku. Sebelum mulai mengomunikasikan kepada keluarga, kami sudah konsultasi ke ICRP (Indonesian Conference on Religions and Peace) yang sudah berpengalaman membantu pasangan interfaith untuk menikah. Kami berkonsultasi dengan pendeta dan penghulu, kemudian kami juga meminta tolong paman dari suami saya untuk menjembatani diskusi dengan orang tua suami.
Seperti apa prosesi pernikahan yang diselenggarakan?
Kami melakukan akad nikah dengan penghulu yang tidak terdaftar di KUA. Kemudian, pemberkatan dengan pendeta juga diadakan.
Bagaimana mengurus administrasi dan surat menikah?
Pemberkatan kami dibantu oleh ICRP, dan mereka juga membantu pendaftaran ke catatan sipil. Kami sebenarnya sudah memiliki surat pengantar untuk mendaftarkan diri sebagai pasangan beda agama yang sudah menikah, namun dari kelurahan tidak mau mengeluarkan surat nikah. Akhirnya, suamiku mengubah agama di KTP-nya menjadi Kristen. Ada sidang yang harus kami hadiri juga. Jadi, yang diakui secara negara adalah kami menikah secara Kristen.
Apa saran Anda untuk pasangan beda agama yang ingin menikah?
Yang penting memantapkan hati antara kedua belah pihak. Prinsip saya dan pasangan adalah, kalau niat, pasti ada jalan. Keikhlasan dan komitmen akan melancarkan jalan, keinginan menikah pun pasti akan dikabulkan.

Adinda & Andrian

Apa agama Anda dan pasangan? Saya Muslim, suami Kristen.
Berapa lama berpacaran? 10 tahun.
Berapa lama telah menikah? 9 tahun lebih sejak 2010.
Bagaimana tanggapan keluarga saat kalian berencana untuk menikah?
Untungnya, orang tua saya bukan tipe yang mempermasalahkan soal perbedaan agama dalam hubungan kami. Jadi, komunikasinya tergolong mudah pada saat itu.
Seperti apa prosesi pernikahan yang diselenggarakan?
Tetap ada akad nikah yang diurus oleh keluargaku. Kemudian untuk menghormati ibu dari suami saya, kami mengadakan pemberkatan sederhana. Yang menikahkan kami adalah Paramadina, yaitu lembaga keagamaan yang bekerja sama dengan ICRP. Kami dinikahkan oleh penghulu yang sudah banyak menikahkan pasangan dengan agama yang berbeda.
Bagaimana mengurus administrasi dan surat menikah?
Kami tidak terlalu kesulitan ketika mendapatkan surat catatan sipil karena di zaman kami menikah, mereka masih mudah mengeluarkan surat nikah untuk pasangan dengan agama berbeda. Mungkin sekarang prosedurnya sudah berbeda.
Apa saran Anda untuk pasangan beda agama yang ingin menikah?
Karena kami sudah memiliki dua anak, tantangan datang ketika mereka mulai bertanya-tanya mengenai agama apa yang harus mereka taati karena ayah dan ibunya menganut agama yang berbeda. Saran saya adalah untuk memikirkan hal tersebut sebelum menikah, yaitu mengenai prinsip apa yang ingin ditanam kepada anak-anak kelak.

Hagami & Julia

Apa agama Anda dan pasangan? Saya Kristen, suami Muslim.
Berapa lama berpacaran? 7 tahun.
Berapa lama telah menikah? 3 tahun sejak 2017.
Bagaimana tanggapan keluarga saat kalian berencana untuk menikah?
Tentu di awal kami berhubungan ada beberapa anggota keluarga yang kurang setuju. Dengan berjalannya waktu dan komitmen, akhirnya kami memberanikan diri untuk memperjuangkan hubungan kami. Tentunya tidak mudah meyakinkan para orang tua, walaupun kami tahu bahwa mereka hanya menginginkan yang terbaik buat kami. Karena kasih orang tua kami yang tidak bersyarat, akhirnya kami diperbolehkan meyakinkan mereka bahwa kami adalah yang terbaik untuk satu sama lain. Kami juga merasa bersyukur karena akhirnya orang tua kami dapat melihat pasangan kami dari pribadinya sebagai manusia, terlepas dari agamanya.
Seperti apa prosesi pernikahan yang diselenggarakan? Mengapa memutuskan untuk menikah di Australia?
Walaupun kami berdua berkewarganegaraan Indonesia, kebetulan kami berdua sudah memiliki status permanent resident di Australia karena kami pernah lama bersekolah di sana. Acara pernikahannya sangat simpel, hanya ceremony kecil di taman untuk registrasi pernikahandan makan malam bersama. Kami selalu mempunyai mimpi untuk menikah di sana dengan acara yang simpel dan intimate, di mana menurut kami, sulit untuk diterapkan di Indonesia.
Bagaimana mengurus administrasi dan surat menikah di Australia?
Mudah sekali. Kami hanya perlu mereservasi sipil celebrant melalui situs resmi, lalu bertemu untuk wawancara. Kalau celebrant-nya sudah cocok, mereka akan bantu mengurus semuanya.
Apa saja yang perlu dipersiapkan ketika mengurus pernikahan di Indonesia?
Yang perlu disiapkan pertama kali adalah menerjemahkan surat menikah, lalu menyiapkan dokumen-dokumen pribadi, seperti Kartu Keluarga, KTP, surat lahir, surat keterangan RT/RW, dan surat keterangan kelurahan. Kemudian, siapkan juga pas foto bersebelahan, formulir pendaftaran, lalu dibawa ke Dinas Pencatatan Sipil di Tomang dan mengikuti prosedur di sana.

Vendors you may like

Instagram Bridestory

Follow @thebridestory on Instagram for more wedding inspirations

Visit Now
Visit Now